Jokowi Intip Grup WA TNI-Polri, Rocky Gerung: Negara Tak Ada Tata Krama
Cibubur, Rasilnews – Pengamat Politik, Rocky Gerung, menyoroti pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang mengaku membaca isi percakapan Grup WhatsApp TNI-Polri dan menilai isinya banyak menyimpang dari kedisiplinan.
Menurut Rocky, tindakan Presiden Jokowi yang mengintip Grup WA tersebut menunjukkan bahwa negara kehilangan tata krama.
“Kita kehilangan keadaan bernegara yang ada tata krama,” ujar Rocky dalam program acara Indonesia Leader Talk (ILT) pada Jumat (4/3) yang tayang di kanal YouTube Rasil TV.
Mantan Dosen Filsafat di Universitas Indonesia itu mengatakan WA grup itu bagian dari privat, tempat di mana culture event dibicarakan. “Apa hak presiden nguping pembicaraan di meja makan keluarga,” ucapnya.
“Memang di dalam WA itu tercatat, oh ini istri dari jenderal, oh ini anak dari jenderal, tapi itu bukan karena dia jenderal, tapi identitas yang hendak diterangkan agar terlihat eksklusif bahwa ini pembicaraan antara istri-istri pejabat TNI misalnya itu. Jadi itu bukan TNI, itu WA grup dari mereka yang terpaksa memakai nama TNI karena itu identitas cultural mereka,” sambung Rocky.
Jokowi sebelumnya meminta WA grup TNI Polri didisiplinkan. Dia mewanti-wanti percakapan yang menyimpang di WA grup TNI Polri tak bisa dibiarkan terus menerus.
“Juga hal-hal kecil tapi harus mulai didisiplinkan di WA group. Saya melihat (percakapan) di WA group (TNI-Polri), karena di kalangan sendiri, (dianggap) boleh, hati-hati,” kata Jokowi dalam rapim TNI-Polri 2022 di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Selasa (1/3).
Jokowi mencontohkan, WA grup TNI Polri sempat membahas penolakan IKN. Padahal, pembahasan IKN sudah diputuskan oleh pemerintah dan disetujui oleh DPR.
Rocky menilai tindakan Jokowi tersebut menunjukkan bahwa presiden tak paham otoritasnya terhadap TNI-Polri.
“Presiden nggak paham bahwa otoritas presiden terhadap TNI ada di Cilangkap bukan di meja makan rumah-rumah keluarga tentara. Presiden memberi komando ke Cilangkap dan mengatur pembicaraan di Cilangkap, bukan mengatur pembicaraan di WA grup yang kadang kala hasil diskusi suami, istri, anak di meja makan, termasuk mendiskusikan IKN,” tegas Rocky.
Dalam psychological point of view, kata Rocky terlihat bahwa presiden masih berada di tahap IT, yaitu ekspresi biologis, ekspresi desire, ekspresi kekuasaan, dan super egonya tidak bekerja.
“Jika kita rumuskan dalam satu bahasa atau pikiran, presiden kehilangan kemampuan mengendalikan egonya, super egonya nggak bekerja. Jadi presiden harus didampingi oleh psikiater, oleh psikolog. Bahaya sekali, setiap kita mau melakukan sesuatu jangan-jangan presiden lagi intai pembicaraan di ILT,” ungkapnya.