Yaman, Rasilnews – Kelompok Houthi menyatakan dukungan terhadap Gaza selama perang Hamas-Israel yang telah berlangsung selama 15 bulan. Mereka melancarkan serangan rudal dan pesawat nirawak serta memberlakukan blokade di Laut Merah terhadap kapal-kapal yang membawa barang dagangan Israel atau terkait dengan Israel. Upaya ini terbukti sulit dihentikan, bahkan oleh Angkatan Laut AS yang memiliki kekuatan besar.
Pemimpin Houthi, Abdul-Malik al-Houthi, menegaskan bahwa kelompoknya “memantau dan menindaklanjuti penerapan perjanjian gencatan senjata di Gaza.” demikian kantor berita Sputnik memberitakan.
Selain itu, ia juga mengirimkan pesan kepada mantan Presiden AS Donald Trump, yang pekan lalu kembali menetapkan Houthi sebagai “organisasi teroris asing.” Al-Houthi berjanji untuk “melawan kejahatan Amerika dan proyek Zionis.” Seorang sumber yang mengetahui informasi ini mengatakan kepada Sputnik bahwa Houthi tengah mempertimbangkan tindakan terhadap AS, termasuk kemungkinan melarang kapal-kapal AS melintasi Selat Bab al-Mandab —jalur strategis yang menghubungkan Laut Merah dengan Teluk Aden dan Laut Arab— sebagai respons atas keputusan Trump.
Selain Houthi, kelompok Hizbullah di Lebanon, milisi Syiah di Irak, dan Iran turut melancarkan serangan terhadap Israel selama konflik di Gaza. Serangan mereka memaksa Israel memperkuat sistem pertahanan udara dan misil di wilayah selatan, menyebabkan penurunan aktivitas di pelabuhan Laut Merah Eilat, serta mendorong IDF untuk menarik sebagian pasukan dari Gaza ke perbatasan Lebanon.
Sementara itu, misi angkatan laut yang dipimpin AS untuk melindungi kepentingan Israel dan melemahkan kemampuan Houthi dengan serangan udara ke Yaman dinilai gagal mencapai tujuannya. Hal ini sejalan dengan prediksi mantan Presiden AS Joe Biden ketika kampanye serangan udara dimulai pada Januari 2024.
Kesepakatan perdamaian Gaza yang terdiri dari tiga fase telah disetujui pada 15 Januari dan mulai diberlakukan pada 19 Januari.