Suriah Masuki Fase Baru, Ustaz Syamsi Ali Peringatkan Tindakan Israel yang Semakin Agresif

Cibubur, Rasilnews – Konflik berkepanjangan di Suriah telah menjadi salah satu isu geopolitik paling kompleks di abad ini, dengan keterlibatan berbagai aktor internasional yang memiliki kepentingan masing-masing. Dalam Dialog Topik Berita Radio Silaturahim pada Kamis (12/12/24), Ustaz Syamsi Ali imam di Islamic Center of New York dan direktur Jamaica Muslim Center menguraikan pandangannya mengenai konflik tersebut, termasuk campur tangan negara-negara besar dan dampaknya terhadap rakyat Suriah.

Dirinya mengatakan bahwa konflik Suriah tak lepas dari campur tangan berbagai negara dengan kepentingannya masing-masing. “Di situ ada kepentingan Amerika, Rusia, Turki, Saudi Arabia, Iran, dan lain sebagainya. Amerika, misalnya, banyak terkait dengan melindungi Israel. Rusia punya pangkalan militer di Suriah. Begitu juga Iran yang selama ini membela Bashar al-Assad,” ungkapnya.

Menurutnya, keterlibatan berbagai aktor luar seperti CIA, Israel, dan Turki semakin memperumit situasi di Suriah. Hal ini menimbulkan pertanyaan besar tentang arah perubahan yang mungkin terjadi di negara tersebut. “Kita tidak bisa melepaskan semua itu dari permainan-permainan luar yang punya kepentingan masing-masing. Maka saya belum bisa menerka ke mana arahnya perubahan ini,” tambahnya.

Ia juga mencermati adanya kemungkinan konsesi di balik layar antara Amerika Serikat dan Iran. “Setelah terjadi peperangan dengan Hezbollah di Lebanon, ada kemungkinan Amerika dan Iran mencapai kesepakatan. Mungkin ada konsesi bahwa Suriah dibiarkan jatuh, tapi Iran tidak terlalu diganggu lagi. Karena proksi Iran di Lebanon mengalami kekalahan besar dalam waktu singkat,” jelasnya.

Ustaz Syamsi menyoroti dampak situasi ini terhadap tindakan Israel yang semakin agresif di wilayah Suriah. Menurutnya, situasi tersebut akan membuka jalan bagi Israel untuk bertindak lebih bebas. “Israel itu sampai depan Damaskus sekarang. Bom-bom pertahanan mereka sampai menyerang Suriah. Ini kan sebuah negara independen, tapi kok seenaknya saja negara lain menyerang negara ini? Dan hampir semua negara lain diam saja,” katanya dengan nada prihatin.

Mengenai kejatuhan pemerintahan Bashar al-Assad, Ustaz Syamsi menyebutkan bahwa hal tersebut terjadi dalam waktu yang sangat singkat, dari satu kota ke kota lainnya tanpa perlawanan berarti. Ia mempertanyakan apakah oposisi memang begitu kuat ataukah pemerintah Suriah yang sangat lemah. “Kita belum tahu pasti. Tapi yang jelas, masalah Suriah ini sangat kompleks,” tuturnya.

Di tengah kompleksitas ini, Ustaz Syamsi tetap menyampaikan apresiasinya terhadap rakyat Suriah yang berhasil melewati salah satu fase terburuk dalam sejarah mereka. “Pertama, tentu kita sampaikan tahniah, selamat kepada bangsa Suriah yang telah menyelesaikan satu tahap keburukan dalam sejarahnya ini. Karena 50 tahun mereka betul-betul menderita. Bayangkan, di dalam negeri mereka sendiri dibasmi. Banyak yang kemudian mengungsi ke luar negeri, ke Yordania, Turki, Eropa, dan sebagainya,” ujarnya.

Ia juga menggarisbawahi penderitaan para pengungsi Suriah yang terpaksa meninggalkan tanah air mereka. “Mereka ke Eropa bukan karena mereka lebih suka Eropa. Semua orang itu cinta negerinya masing-masing. Saya sendiri, kalau bukan karena tugas dakwah ini, mungkin masih lebih cinta Indonesia. Karena itu namanya juga tanah tumpah darah. Jadi kita bisa membayangkan betapa bahagianya saudara-saudara kita bangsa Suriah yang sudah terdepak, sudah terlempar dari negara mereka sendiri, mulai kembali lagi,” lanjutnya.

Perubahan di Suriah, menurut Ustaz Syamsi, adalah langkah awal yang patut diapresiasi. “Alhamdulillah, ini satu tahap yang diselesaikan. Penjahat-penjahat pemerintahan yang jahat itu sudah ditumbangkan, dan mereka yang dipenjara dengan kezaliman-kezaliman itu sudah dibebaskan. Kita berdoa bahwa mudah-mudahan ini adalah awal yang baik,” katanya.

Namun, ia tetap mengingatkan akan potensi permainan geopolitik yang dapat memanfaatkan situasi ini untuk kepentingan tertentu, termasuk memperkuat posisi Israel di Timur Tengah. “Kita berdoa agar perubahan ini membawa kebaikan bagi Suriah dan dunia Islam. Namun, kita harus tetap waspada terhadap permainan-permainan geopolitik yang mungkin memanfaatkan situasi ini untuk keuntungan tertentu,” tutupnya.

Istaz Syamsi berharap, masa depan Suriah masih penuh tantangan. Namun, semangat perubahan yang mulai terasa memberikan secercah harapan bagi rakyat yang telah lama dirundung duka.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *