Tony Rosyid: Pengaruh Jokowi Masih Kuat dalam Pembentukan Kabinet Prabowo

Bekasi, Rasilnews – Pengamat politik dan narasumber tetap Radio Silaturahim 729 AM, Tony Rosyid menyebut Presiden RI Joko Widodo memiliki pengaruh kuat dalam pembentukan kabinet Presiden dan Wakil Presiden Terpilih, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.

Tony menyoroti sejumlah nama yang dipanggil Prabowo ke kediamannya di Jalan Kertanegara, Jakarta pada 14-15 Oktober lalu. Nama-nama tersebut digadang-gadang akan menjadi menteri dalam kabinet pemerintahan selanjutnya.

“Dari situ ada nama-nama yang jumlahnya cukup banyak, mereka orang-orang yang dekat dengan Pak Jokowi. Apa yang bisa dibaca? Ini membuktikan betapa sesungguhnya peran Pak Jokowi terhadap Pak Prabowo itu masih kuat. Kita tidak tahu kekuatan peran itu sampai kapan, entah di awal (masa jabatan) saja atau sampai akhir,” kata Tony dalam siaran Topik Berita Radio Silaturahim di Bekasi, Jawa Barat pada Rabu (16/10).

Diketahui, setidaknya ada 16 nama dari calon menteri Prabowo-Gibran yang merupakan menteri di era Jokowi, yaitu Erick Tohir, Sri Mulyani, Tito Karnavian, Pratikno, Zulkifli Hasan, Bahlil Lahadalia, Agus Gumiwang, Dito Ariotedjo, Agus Harimurti Yudhoyono, Andi Amran, Budi Gunadi Sadikin, Sakti Wahyu Trenggono, Airlangga Hartarto, Saifullah Yusuf, Supratman Andi Agtas, dan Rosan Roeslani.

“Banyak nama-nama yang notabene dekat dengan Jokowi masuk dalam kabinet Prabowo, seperti Tito Karnavian, Dito Menpora, Pratikno. Ini membuktikan peran Jokowi cukup besar dalam penyusunan kabinet di era Prabowo Gibran,” ujar Tony.

“Meski orang-orang yang dipanggil itu mungkin belum 100 persen (jadi menteri) tapi paling tidak itu 90 persen akan masuk dalam kabinet Prabowo-Gibran,” tambahnya.

Selain nama-nama tersebut, Tony juga menyoroti soal banyaknya menteri Prabowo yang berjumlah 49. Ia mempertanyakaan efisiensi dan efektifitas dari kabinet gemuk tersebut.

“Apakah gemuknya kabinet ini, apakah menjadi efesien dan efektif? Kalau efisien tentu tidak karena efisien itu ramping namun kerjanya maksimal. Lalu, apakah efektif? Tentu tidak mudah. Mengurus lima orang jauh lebih mudah kemudian ditekan, digerakkan untuk sebuah kerjaan. Tapi kalau banyak, tentu ada dinamikanya sendiri dan ini tantangan bagi Pak Probowo. Apakah dirjen menjadi menteri akan menambah efektifitas kerja, menambah hasil, akan kita lihat nanti,” ucapnya.

Tony kemudian menyampaikan bahwa di era Presiden Soekarno, kabinetnya pernah memiliki 100 menteri. Hanya saja tidak bertahan lama karena banyak dinamika yang terjadi.

“Pada masa Soekarno di kabinet pernah ada 100 menteri tapi tidak berjalan lama karena banyak dinamika yang justru menghambat kinerja para menteri dan juga koordinasi dengan presiden,” jelasnya.

“Sementara di masa Jokowi dengan jumlah menteri relatif lebih sedikit, dalam waktu tiga bulan saja belum tentu bisa ketemu Presiden Jokowi. Padahal menteri perlu sering bertemu dengan presiden untuk berkoordinasi dan melaporkan kinerja dan sebagainya,” sambung Tony.

Sebagai informasi, Kabinet Indonesia Maju di bawah kepemimpinan Presiden Jokowi periode kedua memiliki 34 menteri, dengan rincian empat menteri koordinator dan 30 menteri bidang.

Lebih lanjut, Tony mempertanyakan soal gemuknya kabinet Prabowo ini, apakah demi pembangunan bangsa atau malah untuk memperkuat kursi kekuasaan.

“Dengan banyaknya menteri ini apakah berorientasi pada kinerja untuk pembangunan bangsa ke depan atau berorientasi untuk stabilitas kekuasaan, mempekuat kursi kekuasaan. Ini bisa dilihat dari orang-orang yang masuk (dalam kabinet),” pungkasnya.***

By Admin

Mungkin Anda Juga Suka

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *