Sabtu, 5 Oktober 2024

Timur Tengah Pasca Kematian Sekjend Hizbullah Syekh Hasan Nasrallah, Nuim Khaiyath: Dunia Arab Tidak Berdaya

Cibubur, Rasilnews – Dalam sebuah program Dialog Topik Berita Radio SIlaturahim, Senin (31/09) penyiar senior Nuim Khaiyath, yang saat ini berdomisili di Melbourne, Australia, memberikan pandangannya mengenai perkembangan konflik di Timur Tengah, khususnya terkait eskalasi serangan Israel terhadap Hizbullah di Lebanon.

Khaiyath memulai dengan menguraikan situasi di wilayah tersebut, menekankan ketidakberdayaan negara-negara Arab dalam menghadapi dinamika politik dan militer yang terjadi. “Apa yang terjadi, terutama di Timur Tengah, kita melihat bagaimana negara-negara Arab itu tidak berdaya,” ujarnya.

Dalam pandangan Khaiyath, Israel saat ini tengah memanfaatkan momentum untuk membalas kekalahan yang mereka alami pada 2006 ketika berhadapan dengan Hizbullah. Ia menjelaskan bahwa Israel menggunakan bom berkekuatan besar, yang beratnya mencapai 2,2 ton, untuk menghantam bunker pertahanan bawah tanah Hizbullah di Beirut, Lebanon.

“Yang menarik adalah ini. Israel sekarang menggunakan kesempatan untuk mencoba membalas dendam untuk mengembalikan kehormatannya. Karena pada tahun 2006, dia tidak sanggup untuk menjinakkan Hizbullah,” ujar Khaiyath. Bom ini, menurutnya, baru pertama kali digunakan dalam peperangan, dan kemungkinan besar berasal dari Amerika Serikat. “Bom ini katanya bisa mencapai fasilitas bawah tanah yang sulit dijangkau, dan sepertinya memang dikembangkan untuk menghantam fasilitas nuklir Iran.”

Penggunaan bom tersebut di Lebanon, menurut Khaiyath, adalah langkah uji coba bagi Israel untuk melihat efektivitasnya sebelum mungkin digunakan terhadap Iran. “Namun, belum sempat digunakan di Iran, sekarang ini sudah diuji coba di Lebanon dan nampaknya berhasil,” tambahnya.

Lebih jauh, Khaiyath menjelaskan bahwa Israel tampaknya memiliki dua tujuan utama dalam serangan ini. Pertama, untuk membalas dendam dan mengembalikan harga diri mereka yang jatuh akibat kegagalan pada 2006. Kedua, untuk memancing Iran agar melakukan serangan balasan. “Karena Israel sendiri tidak bisa mengirimkan pesawat-pesawat tempur ke Iran tanpa harus melalui wilayah udara Arab Saudi, yang belum tentu memberikan izin,” jelasnya.

Situasi di Timur Tengah semakin memanas, terutama dengan adanya tindakan-tindakan brutal Israel terhadap Gaza. Menurut Khaiyath, serangan-serangan di Gaza masih terus berlangsung dengan korban jiwa tak terhitung, baik laki-laki, perempuan, maupun anak-anak. “Di Gaza, mereka terus melakukan pembantaian terhadap bangsa Palestina. Umat manusia tidak bisa berbuat apa-apa,” tegasnya.

Sementara itu, di dalam negeri, Israel juga sedang mengalami dinamika politik internal. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, menurut Khaiyath, tampaknya tengah melakukan penyesuaian di dalam kabinetnya untuk meraih dukungan rakyat, meskipun kondisi demonstrasi anti-Netanyahu telah mereda. “Rakyat sudah jenuh, dan tidak peduli lagi. Sudah tidak ada demonstrasi-demonstrasi untuk melawan Netanyahu,” kata Khaiyath.

Di sisi lain, kelompok Hizbullah tampaknya tidak akan tinggal diam setelah serangan ini. Meski pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, dikabarkan tewas akibat serangan Israel, perlawanan diperkirakan akan terus berlanjut. “Hizbullah tidak akan diam diri. Houthi pun sudah melakukan serangan, dan sekarang Houthi diserang langsung oleh Israel,” lanjut Khaiyath, menyoroti bagaimana Israel kini memimpin serangan udara di kawasan tersebut.

Khaiyath menyimpulkan bahwa Israel memiliki kekuatan militer yang sangat kuat, terutama di udara, dan untuk saat ini, tidak ada satu pun kekuatan di Timur Tengah yang mampu menandinginya. “Kekuatan udara Israel sangat luar biasa, dan tidak bisa ditandingi oleh siapapun yang ada di Timur Tengah,” tutupnya.

By Admin

Mungkin Anda Juga Suka

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *