Ustaz Ikhwan Basri : Tantangan dalam Menerapkan Prinsip Ekonomi Islam

Cibubur, Rasilnews – Di tengah krisis ekonomi yang melanda, tantangan besar dirasakan oleh para pelaku usaha Muslim yang berusaha menerapkan prinsip-prinsip ekonomi Islam. Kesulitan ini tak hanya dialami oleh mereka yang menjalankan usaha mikro, kecil, atau menengah, tetapi juga oleh para penggerak ekonomi Islam yang berusaha tetap konsisten dengan syariah. Dalam program Ekonomi Islam di Radio Silaturahim, Selasa (17/09), Ustaz Ikhwan Abidin Basri, anggota Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (MUI), mengungkapkan kegelisahan yang sering disampaikan oleh umat Muslim terkait tantangan ekonomi yang dihadapi, terutama saat mereka berupaya menghindari praktik riba, goror (ketidakpastian), dan judi.

“Para pendengar Radio Silaturahim yang dirahmati Allah Subhanahu Wa Ta’ala, Alhamdulillah, sebetulnya banyak kejadian yang cukup memberikan pelajaran, terutama di bulan-bulan terakhir ini, kita menghadapi banyak kesulitan dalam usaha. Tapi tantangan terbesar bagi kita sebagai Muslim adalah ketika kita berusaha menghindari hal-hal yang diharamkan oleh syariat seperti riba, goror, dan judi. Kenapa terasa sulit? Karena dalam sistem ekonomi kapitalis, tiga hal ini menjadi tulang punggung,” ujar Ustaz Ikhwan.

Banyak pelaku usaha Muslim yang menghadapi tekanan berat dari sistem kapitalis yang mendominasi ekonomi global. Ustaz Ikhwan menjelaskan bahwa sistem ekonomi kapitalis secara terang-terangan menjadikan riba, goror, dan spekulasi sebagai bagian dari praktik keuangan sehari-hari. “Ekonomi di sekitar kita, khususnya ekonomi kapitalis, mengandalkan riba, goror, dan spekulasi. Ini menjadi tantangan besar bagi pedagang dan pengusaha yang ingin memegang teguh prinsip-prinsip syariah,” tambahnya.

Beliau menggarisbawahi bahwa sering kali para pelaku usaha Muslim merasa tertekan ketika melihat pelaku usaha non-Muslim atau mereka yang mengabaikan prinsip syariah justru tampak lebih makmur. “Banyak pedagang yang curhat kepada kami, ‘Ustaz, tetangga saya pakai riba, tapi hasilnya lancar. Sedangkan kami yang menghindari riba, kok ekonominya gini-gini aja.’ Inilah tantangan yang sedang kita hadapi,” ujar Ustaz Ikhwan.

Meskipun menghadapi banyak tantangan, Ustaz Ikhwan memberikan harapan bagi para pelaku usaha yang berkomitmen pada prinsip-prinsip ekonomi Islam. Menurutnya, meski sistem ekonomi saat ini tidak mendukung, Islam menyediakan solusi yang sejalan dengan moralitas dan keadilan.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an:

وَٱلَّذِينَ جَٰهَدُوا۟ فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا ۚ وَإِنَّ ٱللَّهَ لَمَعَ ٱلْمُحْسِنِينَ
Wallażīna jāhadụ fīnā lanahdiyannahum subulanā, wa innallāha lama’al-muḥsinīn

Artinya: Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. (QS. AL Ankabut 69).

Ustaz Ikhwan juga menjelaskan bahwa sejarah Islam telah membuktikan bahwa kaum Muslimin bisa mencapai kesuksesan ekonomi tanpa harus terjebak dalam praktik yang diharamkan. “Pada zaman Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam dan para sahabatnya, mereka bisa sukses dan kaya tanpa menggunakan riba. Contohnya, Utsman bin Affan dan Abdurrahman bin Auf, yang tetap kaya raya meski mereka patuh pada larangan riba.” pungkasnya.

Beliau mengajak para pelaku usaha Muslim untuk terus berjuang dalam menemukan model ekonomi yang lebih sesuai dengan syariah, seperti musyarakah, mudarabah, dan ijarah. “Ini bukan hal yang mudah, tapi Allah tidak akan membiarkan kita tanpa petunjuk,” tegasnya.

Ustaz Ikhwan menambahkan bahwa salah satu kunci untuk tetap bertahan dalam prinsip ekonomi Islam adalah menyusun strategi yang jelas dan konsisten. Para pelaku usaha Muslim perlu memahami bahwa keberhasilan dalam usaha syariah tidak dapat diukur hanya dengan kemakmuran materi jangka pendek, tetapi juga dengan keberkahan dan ketenangan batin yang dihasilkan dari usaha yang halal. “Mereka yang sudah mendengar ceramah para ustaz di radio atau media sosial mulai menyusun strategi untuk menghindari riba. Tapi kadang semangat mereka berkurang karena lingkungan sekitar mereka masih terjebak dalam riba dan judi,” katanya.

Ustaz Ikhwan juga menegaskan bahwa meski banyak negara-negara kapitalis yang kaya raya berkat praktik riba dan spekulasi, umat Muslim tidak perlu berkecil hati. “Ekonomi yang dibangun di atas prinsip-prinsip Islam akan menghasilkan kekayaan yang lebih berkelanjutan dan berkah, karena tidak mencederai moralitas dan keadilan sosial,” pungkasnya.

Ustaz Ikhwan berharap melalui pencerahan dari para ulama, umat Muslim diharapkan mampu bertahan dan tetap berpegang pada prinsip-prinsip syariah dalam menghadapi tantangan ekonomi yang berat. Dirinya mengajak seluruh umat Muslim untuk tetap optimis dan yakin bahwa jalan yang mereka tempuh akan membawa keberhasilan dunia dan akhirat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *