Imam Syamsi Ali : Sistem Politik di Amerika, Memberikan Peluang Lebih Adil Dibandingkan Negara lain

Cibubur, Rasilnews – Imam Syamsi Ali, Lc., M.A., Ph.D., seorang tokoh Muslim yang dikenal luas di Amerika Serikat dan merupakan imam di Islamic Center of New York, memberikan pandangannya tentang dinamika politik terkini di Amerika Serikat pasca pengumuman Joe Biden yang memutuskan tidak mencalonkan diri untuk periode kedua sebagai presiden. Syamsi Ali, yang juga direktur Jamaica Muslim Center di New York, menyampaikan pandangannya terkait dampak keputusan Biden dan bagaimana hal ini mempengaruhi konstelasi politik di Amerika, terutama dengan meningkatnya popularitas Kamala Harris.

Menurut Imam Syamsi Ali, keputusan Joe Biden untuk tidak mencalonkan diri kembali dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk usia lanjut dan kondisi kesehatan yang tidak lagi prima. “Biden itu sudah sangat uzur, tidak saja tua secara umur, tapi juga nampaknya kesehatannya tidak terlalu prima sehingga orang meragukan bisa menjadi presiden lagi,” ujar Syamsi Ali dalam Dialog Topik Berita di Radio Silaturahim yang dipandu bang Ichsan.

Lebih lanjut, ia menyoroti bahwa kebijakan-kebijakan Biden, terutama terkait Timur Tengah, telah membuat banyak pendukungnya, terutama di kalangan anak muda, mulai berpaling. “Anak-anak muda yang sudah mulai terbuka, yang memiliki pandangan politik Timur Tengah yang berbeda, itu meninggalkan Biden,” tambahnya.

Setelah Biden menyatakan diri tidak maju dan mengajukan Kamala Harris sebagai calon presiden, terjadi perubahan signifikan dalam hasil polling. Syamsi Ali mencatat bahwa Harris kini berada di atas Donald Trump dalam beberapa survei. “Saat ini kalau kita melihat polling-polling atau survei, Harris, Kamala Harris cukup naik, bahkan lebih tinggi dari Donald Trump,” jelasnya. Ia menambahkan bahwa meskipun dulu Donald Trump unggul sekitar 4% dari Biden, kini Harris minimal unggul 2% dari Trump.

Kemungkinan terpilihnya Kamala Harris sebagai presiden wanita pertama di Amerika Serikat juga menjadi sorotan Syamsi Ali. Ia mencatat bahwa masyarakat Amerika semakin menerima pemimpin wanita, meskipun masih ada keraguan yang didasarkan pada pengalaman Hillary Clinton yang kalah dari Donald Trump pada pemilihan sebelumnya. “Dulu, orang-orang kampung, orang-orang tua tentu mereka masih melihat seperti pandangan-pandangan konservatif Islam di dunia Timur Tengah, melihat wanita itu tidak bisa memimpin. Tapi saya kira sekarang sudah berubah itu,” ungkap Syamsi Ali.

Dalam pandangannya, sistem politik di Amerika, meskipun memiliki kekurangan, tetap memberikan peluang yang lebih adil dibandingkan dengan sistem di negara-negara lain. Syamsi Ali menekankan bahwa di Amerika, pencalonan presiden tidak ditentukan oleh individu-individu tertentu, melainkan oleh anggota partai dan rakyat secara umum. “Amerika ada loyalitas kepada partai tapi pada saat yang sama partai itu memberikan ruang yang sama kepada semua warga negara yang memiliki kapasitas untuk itu,” katanya.

Namun, Syamsi Ali juga mengkritik kebijakan luar negeri Amerika Serikat, terutama terkait isu keadilan global. “Yang perlu dibenahi Amerika ke depan ini memang masih masalah kebijakan luar negeri saja. Kebijakan luar negeri tidak pernah berpihak kepada mereka yang terzalimi,” ujarnya. Ia menekankan pentingnya perubahan dari bawah (bottom-up) melalui dakwah dan pendidikan, bukan hanya mengandalkan perubahan dari atas (top-down) yang sering kali dikendalikan oleh kepentingan politik dan kelompok tertentu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *