Cibubur, Rasilnews – 79 tahun sudah Indonesia merdeka. Begitu banyak peristiwa yang terjadi sehari sebelum Proklamasi Republik Indonesia, hingga akhirnya pekik “Merdeka!” membahana di seluruh Nusantara. Namun, tahukah kita bahwa Islam adalah inspirasi bagi Bung Karno dalam memproklamirkan kemerdekaan Indonesia?
Dalam dialog “Topik Berita Radio Silaturahim”, Senin (19/08/24) bersama Bang Ichsan, penyiar senior kelahiran Medan, Indonesia yang saat ini berdomisili di Melbourne, Australia Nuim Khaiyath mengungkapkan pandangannya tentang kemerdekaan Republik Indonesia. Ia menyatakan bahwa inspirasi kemerdekaan berasal dari Islam. Oleh karena itu, dalam UUD 1945, ditegaskan bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa. Hal ini selaras dengan Firman Allah SWT dalam AlQuran surah Al-Baqarah ayat 177:
۞ لَيْسَ الْبِرَّ اَنْ تُوَلُّوْا وُجُوْهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلٰكِنَّ الْبِرَّ مَنْ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ وَالْمَلٰۤىِٕكَةِ وَالْكِتٰبِ وَالنَّبِيّٖنَۚ وَاٰتَى الْمَالَ عَلٰى حُبِّهٖ ذَوِى الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنَ وَابْنَ السَّبِيْلِۙ وَالسَّاۤىِٕلِيْنَ وَفىِ الرِّقَابِۚ وَاَقَامَ الصَّلٰوةَ وَاٰتَى الزَّكٰوةَۚ وَالْمُوْفُوْنَ بِعَهْدِهِمْ اِذَا عَاهَدُوْاۚ وَالصّٰبِرِيْنَ فِى الْبَأْسَاۤءِ وَالضَّرَّاۤءِ وَحِيْنَ الْبَأْسِۗ اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ صَدَقُوْاۗ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُتَّقُوْنَ ١
“Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat, melainkan kebajikan itu ialah (kebajikan) orang yang beriman kepada Allah, hari Akhir, malaikat-malaikat, kitab suci, dan nabi-nabi; memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak yatim, orang miskin, musafir, peminta-minta, dan (memerdekakan) hamba sahaya; melaksanakan salat; menunaikan zakat; menepati janji apabila berjanji; sabar dalam kemelaratan, penderitaan, dan pada masa peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.”
“Dari ayat ini, kita belajar bahwa kebajikan sejati adalah saling menolong dan membebaskan mereka yang terbelenggu. Islam adalah agama yang benar dan memiliki peran serta jasa besar bagi bangsa ini. Tidak seharusnya Islam selalu diidentikkan dengan hal-hal negatif, seperti istilah “kadrun,” karena Islam memiliki kontribusi yang signifikan dalam perjuangan bangsa,” ujarnya.
Bang Nuim juga menerangkan bahwa dalam Islam tidak ada paksaan, seperti yang tertulis dalam Surah Al-Baqarah ayat 256, di mana Allah SWT berfirman:
لَآ اِكْرَاهَ فِى الدِّيْنِۗ قَدْ تَّبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّۚ فَمَنْ يَّكْفُرْ بِالطَّاغُوْتِ وَيُؤْمِنْۢ بِاللّٰهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقٰى لَا انْفِصَامَ لَهَاۗ وَاللّٰهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ ٢
“Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas (perbedaan) antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat. Barang siapa ingkar kepada Tagut dan beriman kepada Allah, maka sungguh, dia telah berpegang (teguh) pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.”
“Oleh karena itu, membingungkan jika ada yang menuduh bahwa kita memaksa. Bahkan, tanggal 17 Agustus 1945 sebagai hari Proklamasi memiliki ilham dari Islam. Kita melaksanakan shalat 17 rakaat dalam sehari, dan Proklamasi terjadi pada hari Jumat, hari yang mulia dalam agama Islam,” ungkapnya dalam Dialog Topik Berita yang selalu disuarakan setiap senin,
Dalam buku “Bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat Indonesia” karya Cindy Adams, Soekarno menjelaskan berbagai pertimbangan mengapa ia memilih tanggal 17. Dalam percakapannya dengan para pemuda pada peristiwa Rengasdengklok, ia menyatakan:
“Mengapa justru diambil tanggal 17, mengapa tidak sekarang saja atau tanggal 16?,” tanya Sukarni.
Menjawabnya, Soekarno menyatakan dirinya adalah seseorang yang percaya pada mistik. Sehingga ia tidak bisa menjelaskan secara logis mengapa 17 menjadi tanggal baik baginya.
Akan tetapi saya merasakan di dalam kalbuku, bahwa itu adalah saat yang baik. Angka 17 adalah angka suci,” jelasnya.
Soekarno memberikan berbagai pertimbangan mengapa ia memilih tanggal 17, seperti:Kemerdekaan berada di bulan suci Ramadhan, waktu berpuasa yang merupakan saat paling suci bagi umat Islam. Tanggal 17 adalah hari Jumat Legi, yang berarti Jumat yang berbahagia dan suci. Al-Qur’an juga diturunkan pada tanggal 17. Umat Islam menjalankan ibadah sebanyak 17 rakaat. Oleh karena itu, kesucian angka 17 bukanlah buatan manusia,” katanya.
“Jadi, kita harus mengingat dan menyampaikan bahwa Bung Karno menekankan bahwa hari Jumat adalah hari yang suci bagi umat Islam,” tutupnya.