Teheran, Rasilnews — Dunia berduka atas kehilangan besar Pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, yang dilaporkan tewas dalam serangan di Teheran, Iran. Kejadian tragis ini terjadi saat Haniyeh sedang berada di Iran untuk mengucapkan selamat atas terpilihnya presiden Iran yang baru. Haniyeh diduga menjadi korban serangan oleh agen Mossad, sebuah insiden yang mengejutkan pihak keamanan Iran dan memicu kekhawatiran di tingkat internasional.
Serangan ini terjadi di pusat negara yang dikenal mendukung perjuangan Palestina, menambah kesedihan dan ketidakpercayaan terhadap tragedi tersebut. Ismail Haniyeh, yang dikenal sebagai salah satu pemimpin terkemuka Hamas, tengah berada di Iran dalam rangka kunjungan diplomatik yang bertujuan mempererat hubungan antara Hamas dan Iran. Namun, kunjungan ini berakhir dengan serangan yang mengakibatkan kematian beliau, sebuah peristiwa yang sangat mengejutkan dan mengundang simpati dari berbagai kalangan.
Dr. Sarbini Abdul Murad, Presidium MERC, menyampaikan belasungkawa yang mendalam terkait peristiwa tersebut dalam program “Warta Rasil Siang” di Radio Silaturahim. “Kami mengucapkan belasungkawa dan duka cita yang sedalam-dalamnya atas gugurnya Pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, di Teheran, Iran. Kejadian ini sangat mengejutkan dan menyedihkan, terutama karena beliau berada di negara yang mendukung Palestina,” ujar Dr. Sarbini.
Menurut Dr. Sarbini, Ismail Haniyeh memiliki hubungan erat dengan MERC, terutama dalam konteks berbagai proyek kemanusiaan di Gaza. Saat MERC mendirikan rumah sakit di Gaza, Haniyeh adalah salah satu tokoh Palestina yang sangat mendukung dan berkontribusi dalam perencanaan serta pelaksanaan proyek tersebut. “Kami telah lama berhubungan dengan Ismail Haniyeh, terutama ketika MERC mendirikan rumah sakit di Gaza. Beliau selalu mendukung penuh rencana kami dan menunjukkan komitmen yang luar biasa terhadap perjuangan Palestina,” tambahnya.
Dr. Sarbini mengungkapkan bahwa Haniyeh dikenal sebagai sosok yang sangat bersahaja dan merakyat, berbeda dari kesan bahwa pemimpin Hamas biasanya dikawal ketat dan terikat dengan protokoler ketat. “Ketika kami bertemu beliau, kami awalnya mengira bahwa beliau adalah seorang pemimpin yang dikawal oleh beberapa pengawal dan terikat dengan protokoler, tapi ternyata tidak. Ismail Haniyeh adalah sosok yang sangat bersahaja dan merakyat. Beliau pernah berbuka puasa bersama teman-temannya di Gaza, berbaur dengan anggota MERC, dan menunjukkan komitmen yang mendalam terhadap perjuangan Palestina,” kenang Dr. Sarbini.
Kehilangan Ismail Haniyeh dirasakan sebagai kehilangan besar bagi banyak orang, termasuk MERC, yang merasa seperti kehilangan anggota keluarga besar. Meskipun anak Haniyeh baru-baru ini syahid dalam serangan tentara Israel, Dr. Sarbini berharap kejadian tragis ini akan memperkuat tekad global untuk terus mendukung perjuangan rakyat Palestina dan memperjuangkan keadilan bagi mereka. “Kami berharap peristiwa ini dapat menjadi pengobat bagi saudara-saudara kita di Palestina. Kehilangan Haniyeh adalah kehilangan besar, namun diharapkan dapat menjadi pendorong untuk terus memperjuangkan hak-hak rakyat Palestina di seluruh dunia,” kata Dr. Sarbini.
Dengan penuh rasa duka, Dr. Sarbini Abdul Murad dan MERC mengajak semua pihak untuk bersatu dan terus memberikan dukungan kepada rakyat Palestina dalam menghadapi tantangan dan kesulitan yang mereka alami. “Kehilangan Haniyeh sangat menyakitkan, tetapi semoga ini memperkuat tekad kita untuk terus mendukung perjuangan rakyat Palestina,” tutup Dr. Sarbini.