Rabu, 27 Zulhijjah 1445 H/ 3 Juli 2024
Artikel Republika.co.id
Para jenderal tertinggi Israel mengimbau dipenuhinya proposal gencatan senjata di Gaza, bahkan jika itu berarti gerakan Palestina Hamas tetap berkuasa. New York Times melaporkan Selasa kemarin yang dikutip Palestine Chronicle, bahwa sikap ini dilaporkan telah menciptakan keretakan antara militer dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang menentang gencatan senjata. Adanya gencatan senjata maka memungkinkan Hamas untuk bertahan dalam perang.
Para jenderal percaya bahwa gencatan senjata adalah cara terbaik untuk mengamankan pembebasan sekitar 120 warga Israel yang masih ditahan di Gaza, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal, menurut wawancara New York Times dengan enam orang pejabat keamanan yang masih aktif maupun yang sudah tidak aktif. “Kurang siap untuk pertempuran lebih lanjut setelah perang terpanjang Israel dalam beberapa dekade, para jenderal juga berpikir bahwa pasukan mereka perlu waktu untuk memulihkan diri jika perang darat pecah melawan Hizbullah,” tambah laporan itu.
Para pejabat Israel yang sebagian besar berbicara dengan syarat anonim mengatakan, gencatan senjata dengan Hamas juga dapat memfasilitasi kesepakatan dengan Hizbullah. Pernyataan ini muncul dari dari Forum Staf Umum, kepemimpinan militer Israel, terdiri dari sekitar 30 jenderal senior, termasuk kepala staf militer, Letnan Jenderal Herzi Halevi, dan para komandan angkatan darat, angkatan udara, angkatan laut, dan intelijen militer.
Dukungan militer untuk gencatan senjata, menurut laporan tersebut, mencerminkan perubahan besar dalam pemikiran tentara Israel selama beberapa bulan terakhir. Terlebih, semakin jelas bahwa Netanyahu menolak untuk mengartikulasikan atau berkomitmen pada rencana pascaperang.
Eyal Hulata, yang menjabat sebagai penasihat keamanan nasional Israel hingga awal tahun lalu, dan yang secara teratur berbicara dengan para pejabat militer senior, dilaporkan mengatakan, militer mendukung penuh kesepakatan penyanderaan dan gencatan senjata. Mereka percaya bahwa mereka selalu dapat kembali dan menyerang Hamas secara militer di masa depan.
Hulata juga dilaporkan bahwa militer terindikasi memiliki lebih sedikit amunisi, lebih sedikit suku cadang, lebih sedikit energi dibandingkan sebelumnya. Menurut dia, mereka juga berpikir bahwa jeda di Gaza memberikan lebih banyak waktu untuk bersiap-siap seandainya perang yang lebih besar pecah dengan Hizbullah.
New York Time juga mengatakan, tidak jelas apakah secara langsung pimpinan militer telah menyampaikan pandangannya kepada Netanyahu secara pribadi. Meski demikian, ada sekilas gambaran tentang rasa frustrasi mereka di depan umum, dan rasa frustrasi perdana menteri terhadap para jenderal. Netanyahu dengan tegas menolak proposal gencatan senjata, “karena hal itu dapat meruntuhkan koalisinya”, menurut laporan tersebut.
Oleh karena itu, militer Israel takut akan konflik yang berkepanjangan di mana sumber dayanya secara bertahap habis sementara para tawanan tetap ditawan dan para pemimpin Hamas tetap bebas. Dalam skenario ini, membiarkan Hamas berkuasa untuk sementara waktu dengan imbalan pembebasan sandera tampaknya merupakan pilihan yang paling rasional bagi Israel. Empat pejabat senior yang berbicara dengan syarat anonimitas setuju dengan pernyataan tersebut.
Pada pertengahan Juni lalu, Daniel Hagari, kepala juru bicara militer Israel, mengatakan dalam sebuah wawancara TV bahwa mereka yang berpikir kita dapat melenyapkan Hamas adalah salah besar. “Hamas adalah sebuah ideologi. Hamas adalah sebuah partai politik. Ia berakar di dalam hati masyarakat Palestina.”
Sementara itu, kepala staf angkatan darat Israel, Herzi Halevi, baru-baru ini mencoba memainkan pencapaian militer, dalam apa yang dikatakan oleh beberapa analis sebagai “upaya untuk menciptakan dalih mengakhiri perang tanpa kehilangan muka (malu),” Laporan tersebut juga menambahkan bahwa kantor Netanyahu menolak berkomentar. Ia mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Senin bahwa Israel hampir melumpuhkan kemampuan militer Hamas, namun tidak mengindikasikan apakah akan membuat perang di Gaza berakhir.
Wallahu ‘alam bi Shawab