Meniti Jalan Cinta Allah : Kunci dalam Amalan Sunah dan Keikhlasan

Oleh : Ustaz Muhammad Joban (USA)

Bismillahirrahmanirrahim

Dahulu kala, ada seseorang yang membeli seorang budak wanita untuk membantu di rumah. Rupanya, siang hari dia bekerja dengan gigih dan malam hari dia tidur. Namun, pada malam harinya, dia menggunakan waktunya untuk tahajud. Begitulah hampir setiap malam. Tuannya tidak pernah bangun malam, namun suatu ketika dia merasa malu dan akhirnya bangun malam. Ketika mendengar budak wanitanya berdoa, tuannya merasa aneh dan mendengarnya berkata, “Ya Allah, karena cintamu padaku, ampunilah aku.”

Tuannya pun bertanya, “Mengapa kamu berani berdoa seperti itu? Seharusnya kamu berdoa, ‘Ya Allah, karena cintaku padamu, ampunilah aku.’ Dari mana kamu tahu Allah mencintaimu?”

Budak wanita itu menjawab, “Saya tahu karena setiap malam Dia membangunkan saya untuk bermunajat dan membiarkan Anda tidur. Salah satu tanda Allah mencintai hamba-Nya adalah Dia membangunkan hamba tersebut untuk beribadah pada-Nya.”

Alhamdulillah, ada sebuah hadis Qudsi yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah di mana Allah berfirman, “Tidaklah hamba-Ku mendekat kepada-Ku dengan sesuatu yang paling Aku cintai selain apa yang Aku wajibkan baginya.” Jadi, jika kita melakukan apa yang Allah wajibkan seperti salat, puasa, zakat, dan berbakti kepada orang tua, kita menjadi muslim yang standar.

Kemudian hadis itu juga menyebutkan, “Hambaku senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan-amalan sunah sehingga Aku mencintainya.” Itu adalah tahap kedua, di mana kita tidak lagi hanya menjalankan kewajiban, tetapi juga melakukan amalan-amalan sunah seperti salat qabliyah dan ba’diyah, salat tahajud, witir, duha, dan sebagainya.

Jika kita terus begitu, maka Allah akan menjadi pendengaran yang kita gunakan untuk mendengar, penglihatan yang kita gunakan untuk melihat, tangan yang kita gunakan untuk berbuat, dan kaki yang kita gunakan untuk berjalan. Jika kita meminta kepada-Nya, pasti akan diberi.

Masyaallah, jadi maksudnya adalah setelah itu kita tidak akan mendengar kecuali yang baik, tidak akan melihat kecuali yang baik, dan tidak akan melangkah kecuali ke tempat yang baik. Hasan Al-Basri mengatakan, “Aku tidak melangkahkan kakiku, tidak pernah berbicara, tidak pernah mendengar, kecuali aku melihat dulu apakah ucapan ini, langkah ini diridai oleh Allah atau tidak. Kalau diridai, aku lakukan.”

Perbedaan kita dengan sahabat tentang sunah adalah bahwa para sahabat melakukan sunah karena itu sunah, sedangkan kita sering meninggalkan sunah karena berpikir itu hanya sunah. Misalnya, di masjid, setelah salat langsung pergi, tidak melakukan salat sunah terlebih dahulu. Itu adalah perbedaannya.

Jika kita ingin dicintai Allah, laksanakan yang wajib dengan rapi kemudian dilanjutkan dengan amalan-amalan sunah. Langkah kedua adalah Allah berfirman dalam surah Al-Imran ayat 31: “Katakanlah (Muhammad), jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku (Rasul), niscaya Allah akan mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.” Jadi, jika kita mengikuti sunah Nabi, Allah akan mencintai kita.

Contoh hari ini adalah hari Jumat. Mari kita melaksanakan sunah-sunah Nabi seperti mandi, membaca surah Al-Kahfi, pergi ke masjid, dan membaca doa masuk masjid. Setelah salat Jumat, kita bisa pulang ke rumah dengan senyum seperti yang dilakukan Nabi. Makan dengan membaca Bismillah, dan setelah makan membaca Alhamdulillah. Begitu juga sebelum tidur, kita membaca surah Al-Mulk dan doa lainnya.

Dengan mengikuti sunah-sunah Nabi, Allah akan mencintai kita. Jika Allah mencintai kita, hidup kita akan tenang dan bahagia. Saya pernah melihat seseorang di Maroko yang berumur 120 tahun tapi tetap segar dan selalu tersenyum. Kenapa? Karena dia mengikuti sunah-sunah tadi dan hatinya bersih dari rasa dengki dan benci.

Mudah-mudahan kita semua bisa melaksanakan yang wajib dan sunah, serta mengikuti apa yang Nabi lakukan setiap hari. Insyaallah, kita akan dicintai oleh Allah. Mari kita niatkan untuk berkorban dan mengikuti sunah Nabi Ibrahim a.s. dalam berkurban. Berikanlah kebahagiaan kepada orang-orang miskin pada hari raya kurban.

Terima kasih, Ustaz Muhammad. Selamat menjalankan aktivitas berdakwah di Amerika. Doa kami selalu menyertaimu. Sampai Jumat mendatang. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *