AKTIVIS hak asasi manusia ternama asal Amerika Serikat (AS) Shaun Jeffrey King akhirnya memeluk Islam menjelang Ramadhan kali ini. Ia mengucapkan syahadat bersama istrinya Rai King. Aksi itu pertama kali ditampilkan dalam siaran langsung yang dibagikan oleh Profesor Khaled Beydoun yang berbasis di Amerika Serikat melalui media sosial Instagram pada beberapa hari yang lalu.
Dalam video yang kemudian luas beredar di dunia maya, Shaun King dan Rai King dibimbing mengucapkan dua kalimat syahadat oleh imam kenamaan Amerika Serikat Omar Suleiman. Dalam pembacaan syahadat tersebut King mengenakan keffiyeh khas Palestina. Sedangkan Omar Suleiman juga merupakan imam keturunan Palestina.
“Saya dan istri saya baru saja pulang ke rumah setelah shalat magrib di masjid kami di daerah Dallas, Texas, di mana kami bersama-sama mengucapkan Syahadat dan masuk Islam untuk memulai bulan Ramadhan tahun ini. Itu adalah hari yang indah, kuat, dan bermakna bagi kami yang tidak akan pernah kami lupakan seumur hidup,” ujarnya dalam pernyataan resmi di media sosial.
Selain meminta doa agar dikuatkan dalam Islam, ia mengatakan akan mulai berpuasa pada Ramadhan ini. “Kami akan mulai berpuasa pagi ini bersama lebih dari satu miliar Muslim di seluruh dunia,” mengacu pada dimulainya puasa pada hari pertama Ramadhan. Ia tak lupa menyinggung kondisi di Jalur Gaza. “Hati saya tertuju pada teman-teman terkasih saya di Gaza, dan saya bangga bahwa kami dapat menyediakan makanan malam ini kepada ribuan keluarga dari utara hingga selatan Gaza, dan kami akan melakukannya. Jadi setiap hari di bulan Ramadhan.”
Shaun King (44 tahun) tenar setelah memimpin sejumlah gerakan melawan kebrutalan polisi di Amerika Serikat selepas kuliah dan saat menjabat sebagai pastor. Ia juga ikut dalam gerakan Black Lives Matter yang kemudian mendunia. Akibat aktivismenya, Shaun King kerap jadi sasaran media-media konservatif di Amerika.
Belakangan, ia kencang mengkritisi Israel melalui akun media sosialnya. Akun Instagram-nya sempat diblokir pada Desember tahun lalu. King yang memiliki enam juta pengikut di situs milik Meta, memposting pesan video melalui akun Instagram temannya yang mengumumkan bahwa dia dinonaktifkan oleh platform media sosial tersebut.
Ia mengutuk apa yang disebutnya sebagai genosida dan kejahatan-kejahatan perang yang dilakukan oleh Israel dalam kampanye militernya di Jalur Gaza. “Frustrasi karena Instagram telah melarang saya untuk berperang demi Palestina, dan membela hak asasi manusia dan martabat rakyat Palestina, namun saya menolak untuk mengkhianati nilai-nilai kemanusiaan dan prinsip-prinsip saya dengan tetap diam mengenai genosida dan kejahatan perang di Gaza dan Tepi Barat,” King menulis pada dini hari itu.
Aktivis Amerika tersebut berulang kali mengecam Israel karena menginvasi Jalur Gaza dan membagikan video Hamas bahwa para sandera diperlakukan dengan baik. Ternyata media sosial semacam Instagram bereaksi, “Akun tersebut dinonaktifkan karena beberapa kali pujian terhadap entitas yang ditunjuk yang melanggar kebijakan kami,” kata juru bicara Meta kepada The New York Post.
King menjelaskan kepada publik bahwa keputusannya untuk masuk Islam tidak hanya berasal dari apa yang dia saksikan di Gaza Palestina, namun juga dari kekagumannya terhadap warisan dan pemikiran Malcolm X dan hubungannya yang mendalam dengan teman-teman Muslimnya.
Jeffery Shaun King lahir pada 17 September 1979 di Franklin County, Kentucky, Amerika Serikat. Dia menjadi pendeta di Total Grace Christian Church di DeKalb County, Georgia. Sebelum meluncurkan Courageous Church di Atlanta pada tahun 2008. Selama empat tahun sebagai pendeta, dia memanfaatkan media sosial untuk mendatangkan anggota baru, sehingga dia mendapat julukan “The Facebook Pastor”. King juga mulai menggunakan media sosial untuk meningkatkan kesadaran akan masalah keadilan sosial di Amerika Serikat.
Wallahu a’lam bishshawab