Oleh : Ust. Ali Farkhan Tsani, Da’i Pondok Pesantren Al-Fatah Cileungsi, Bogor, Jabar
Rasilnews – Hari-hari ini kita umat Islam memasuki bulan Rajab, sebelum bulan Sya’ban dan akhirnya buan suci Ramadhan.
Dari sisi bahasa, kata Rajab (رجب) berasal dari lafadz ‘rajjaba-yurajjibu-tarjib’, yang berarti mengagungkan.
Rajab disebut mulia atau agung karena adanya penghormatan orang-orang Arab dahulu pada bulan Rajab.
Karena itu, menjadi kebiasaan orang-orang Arab pada masa jahiliyyah, ketika memasuki bulan Rajab, para penjaga Ka’bah membuka pintu Ka’bah sepanjang bulan tersebut. Padahal biasanya pintu Ka’bah tertutup, dan hanya dibuka hanya pada setiap hari Senin dan Kamis.
Tentang keagungan bulan Rajab tersebut, bahkan keberkahan, hingga Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mendoakan keberkahan pada bulan Rajab.
Seperti disebutkan dari Anas bin Malik Radhiallahu ‘Anhu ;
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ رَجَبٌ قَالَ اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبٍ وَشَعْبَانَ وَبَارِكْ لَنَا فِي رَمَضَانَ
Artinya: Bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam jika memasuki bulan Rajab, beliau berdoa yang maknanya: ‘Ya Allah Berkahilah kami pada bulan Rajab dan Sya’ban serta berkahilah kami pada bulan Ramadhan’. (HR Ahmad dan Ath-Thabarani. Dha’if menurut Syaikh Al-Albany).
Hadits ini menyebutkan rangkaian tak terpisahkan tiga bulan penuh berkah, yaitu bukan Rajab, bulan Sya’ban dan bulan Ramadhan.
Maka, keagungan bulan Rajab ini sepatutnya mendorong kita untuk saling berlomba-lomba dalam kebaikan. Baik itu dengan amal ibadah yang bersifat khusus, seperti shalat, dzikir, doa, tadarus Quran dan sholawat. Maupun amal yang bersifat umum atau berdimensi sosial, seperti berinfaq, sedekah, membantu yang membutuhkan, menolong sesama, kerja bakti kepentingan sosial, dan perbuatan baik lainnya.
Sekaligus marilah kita jadikan bulan Rajab ini sebagai starting point sebelum meningkat pada bulan Sya’ban, dan ngegas pada bulan Ramadhan. Aamiin.