Colombo, Rasilnews – Uang kontan sebesar 17,85 juta rupee atau sekitar Rp750 juta ditemukan saat warga menyerbu dan menduduki istana presiden di Kolombo, Sri Lanka.
Seperti dikutip dari BBC, Selasa (12/7), uang tunai dalam bentuk kertas baru tersebut telah diserahkan oleh warga Sri Lanka ke pihak kepolisian.
Saat ini antrean panjang warga yang ingin melihat langsung istana masih berlangsung di tengah laporan Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa diterbangkan ke pangkalan udara dekat bandara internasional, Senin (11/7), sehingga memunculkan spekulasi ia akan lari ke luar negeri.
Rajapaksa melarikan diri dari istana presiden dengan pengawalan tentara pada Sabtu (9/7), tidak lama sebelum puluhan ribu orang menyerbu istana.
Presiden berusia 73 tahun itu berlindung di fasilitas angkatan laut, menurut pejabat tinggi pertahanan sebelum dibawa ke pangkalan udara Katunayake.
Sementara itu, para pengunjuk rasa yang masih menduduki istana presiden dan menyatakan tidak akan keluar sampai Rajapaksa secara resmi mundur.
Sebelumnya, Rajapaksa, menyatakan mundur dari jabatannya, pengumuman yang dikeluarkan Juru Bicara Kantor Perdana Menteri, setelah gelombang unjuk rasa pecah di negara tersebut.
Ketua Parlemen Sri Lanka, Mahinda Yapa Abeywardena, akhir pekan lalu juga menyebut, Presiden Rajapaksa akan mengundurkan diri pada 13 Juli mendatang. Namun banyak kelompok pengunjuk rasa skeptis pada informasi tersebut.
Pernyataan serupa Senin (11/7) kembali muncul, kali ini datang dari Kantor Perdana Menteri. Dalam sebuah pernyataan, mereka berkata telah dihubungi Presiden Rajapaksa bahwa dia akan meletakkan jabatan pada 13 Juli.
Saat laporan ini disusun, Rajapaksa belum mengeluarkan pernyataan kepada publik.
Di bawah konstitusi Sri Lanka, pengunduran diri presiden hanya dapat diterima secara formal ketika dia mengirim surat kepada pimpinan parlemen. Ini belum belum terjadi hingga saat ini.
Ribuan warga Sri Lanka turun jalanan ibu kota Kolombo, Sabtu (9/7). Mereka menuntut pengunduran diri Presiden Rajapaksa.
Rajapaksa dituduh gagal mengelola perekonomian Sri Lanka. Akibatnya, kata kelompok demonstran, masyarakat selama beberapa bulan terakhir sulit memenuhi kebutuhan pangan serta tak mampu membeli bahan bakar dan obat-obatan.