MUHAMMADIYAH sekarang berbeda dengan Muhammadiyah yang akan datang. Salah satu kutipan menarik yang pernah disampaikan oleh K.H. Ahmad Dahlan. Kalimat visioner ini disampaikan kepada para pelajar, santri dan kader Muhammadiyah bahwa boleh kita mengenyam pendidikan sekolah yang tinggi seperti menjadi insinyur, dokter, guru, pengusaha dan lain sebagainya, tapi jangan lupa untuk kembali pada gerakan dakwah Muhammadiyah.
Kutipan tersebut juga ditekankan oleh beliau kepada anak cucunya terdahulu. Muhammadiyah sudah memberikan banyak sumbangsih ke negara, bahkan memasuki abad kedua, Muhammadiyah selalu ikut berkontribusi dalam menyemarakkan dakwah yang mencerahkan. Apalagi bagi santri Muhammadiyah jargon ‘berlomba-lomba berbuat kebaikan (fastabiqul khairat)’ dimaknai sebagai ikhtiar personal untuk mendapat banyak maslahat, pun dengan prinsip sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak manfaatnya bagi manusia lainnya (khairun nas anfa’ahum lin-nas).
Prinsip-prinsip tersebut di kalangan kader Muhammadiyah memang melahirkan ghirah, semangat kompetitif, egaliter dan menghapus kelas agama. Karena itu jargon ‘fastabiqul khairat’ juga seolah menghapus heararkhy kepatuhan, status sosial dan keistimewaan nashab, sebab semua orang dilihat setara. Kedudukan seseorang dilihat dari ke-Taqwaan sebagai representasi prestasi tertinggi, bukan atas dasar nashab atau keturunan.
Ada pula di Muhammadiyah spirit ta’awun menjadi keharusan, dan hal ini menjadikan misi dakwah sebagai umat Islam. Kemudian mengaplikasikan Islam yang rahmatan lil’ alamin di tengah arus zaman yang kian pragmatis, materialis, bahkan hedonis. Upaya tolong menolong kepada sesama manusia tersebut bukan simbolitas semata, namun ikhtiar kemanusiaan secara tulus dengan spirit ta’awun yang digelorakan Muhammadiyah sebagai ummat dan bangsa.
Ta’awun didefinisikan sebagai upaya kerjasama, tolong menolong antar sesama manusia dalam prinsip kebaikan. Selaras dengan prinsip dalam Al-Quran, Surat Ali Imran ayat 104, yang artinya “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung”. Prinsip amar ma’ruf nahi munkar yang menjadi inspirasi dan gerakan Muhammadiyah dalam ranah; kesehatan, pendidikan, dan sosial.
Itulah Muhammadiyah. Dalam rentang waktu lebih dari satu abad, sebuah gerakan dakwah, sosial, dan pendidikan menjelma menjadi salah satu kekuatan dalam menuju umat, bangsa, dan negara yang maju. Gerakan dakwahnya akan menghasilkan keselarasan yang mengedepankan moral, serta melahirkan keindahan. Bukan dakwah yang melahirkan perpecahan atau perdebatan. Sebab, guna dakwah yaitu untuk menyatukan umat menjadi pribadi yang lebih baik lagi dan senantiasa mencintai Allah dan Rasulnya tanpa melupakan keseimbangan duniawi dengan akhirat.
Tidak terasa, Muhammadiyah kini telah berusia 112 tahun. Sejak didirikan pada 18 November 1912 (8 Dzulhijjah 1330 H) atas inisiatif KH Ahmad Dahlan di Kampung Kauman, Yogyakarta, Muhammadiyah telah menjadi pilar penting dalam membangun umat, bangsa, dan negara. Selama lebih dari satu abad, Muhammadiyah berkembang secara struktural hingga ke tingkat paling bawah, memberikan dampak besar bagi gerakan dakwahnya.
Berdasarkan data terbaru yang dirilis oleh muhammadiyah.or.id, Muhammadiyah memiliki 35 Pimpinan Wilayah Muhammadiyah, 475 Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM), 3.947 Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM), dan 14.670 Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM). Selain itu, terdapat 30 Pimpinan Wilayah Istimewa Muhammadiyah (PSIM) di luar negeri dan 31 Unit Pengembangan Pesantren (UPP).
Untuk amal usaha, Muhammadiyah juga telah mengelola 272 perguruan tinggi, 122 rumah sakit, 231 klinik, dan 5.354 sekolah/madrasah. Selain itu, Muhammadiyah mengelola aset wakaf yang terdiri dari 20.465 lokasi yang tersebar di seluruh Indonesia, 1.012 amal usaha sosial, dan 440 Pesantren. Jumlah ini belum termasuk 300 Baitut Tamkin Muhammadiyah (BTM) yang tercatat berdasarkan data bisnis.com pada 4 Juli 2024. Muhammadiyah juga menargetkan jumlah anggota persyarikatan mencapai 190 juta pada tahun 2024.
Dengan kekuatan yang dimiliki, baik perangkat keras maupun perangkat lunak, Muhammadiyah telah terbukti menjadi salah satu organisasi yang mumpuni dalam memberikan kontribusi nyata bagi agama, umat, bangsa, dan negara. Sejak awal berdirinya hingga usia 112 tahun, Muhammadiyah telah hadir di setiap sendi kehidupan masyarakat dan memberikan dampak signifikan di berbagai bidang, termasuk pendidikan, dakwah, sosial, ekonomi, pemberdayaan, kemanusiaan, dan politik kebangsaan. Selamat Milad ke-112. Semoga Muhammadiyah terus membawa keberkahan bagi seluruh bangsa Indonesia. Aamiin.***
Wallahu a’lam bisshowab