Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Allahumma shalli ‘ala Sayyidina Muhammad.
Alhamdulillah, kita berjumpa lagi. Hari ini, pendengar Radio Silaturahim di mana pun Anda berada — di Batam, di Banyuwangi, di Sukabumi, di Sigli, dan di tempat-tempat lain — kita jumpa lagi dalam acara “Renungan di Bawah Naungan Al-Qur’an” bersama Ustaz Husein bin Hamid Alattas. Di sini juga ada Ustaz Isa Al-Kaf, Atep Seti Budi, dan juga Ogi.
Tema yang akan kita sampaikan pada pagi hari ini adalah “Ketika Umat Islam Kehilangan Rasa Kemanusiaannya.”
Salam Ustaz Husein.
Ustaz Husein: Wa’alaikumussalam warahmatullah wabarakatuh.
Baik, kita mulai acara ini dengan membaca Al-Fatihah.
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ ١اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ ٢الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِۙ ٣مٰلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِۗ ٤اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُۗ ٥اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَۙ ٦صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ ەۙ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّاۤلِّيْنَࣖ ٧
Alhamdulillah, kita sudah membaca Al-Fatihah. Semoga Allah memudahkan kita dalam memahami apa-apa yang disampaikan oleh guru-guru kita.
Baik, sebagai pengantar, Ustaz Isa bisa menyampaikan. Silakan, Ustaz Isa.
Ustaz Isa: Wassalatu wassalamu ‘ala Rasulillah. Ikhwan dan akhwat yang dirahmati Allah subhanahu wa ta’ala, Husein, Om Krishna, dan para pendengar serta kru yang insyaAllah, semoga Allah subhanahu wa ta’ala kuatkan langkahnya dalam dakwah kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
Hari ini, ikhwan dan akhwat, kita akan membahas tentang saat umat Muslim kehilangan rasa kasih sayangnya. Bahwasanya Allah subhanahu wa ta’ala mengajarkan atau mengutus Baginda Nabi Muhammad sallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menyampaikan risalah dan membawa rahmat bagi seluruh alam. Dalam firman-Nya:
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ
Wama arsalnaka illa rahmatan lil alamin
Artinya, “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS. Al Anbiya ayat 107)
Alhamdulillah, telah kita baca Alfatihah. Semoga Allah memudahkan kita untuk memahami apa yang disampaikan oleh para guru kita, termasuk Ustaz Isa. Wassatu wasalamu ‘ala rasulillah, kepada ikhwan dan akhwat yang dirahmati Allah subhanahu wa ta’ala, kepada Husin, Om Krishna, dan para pendengar serta kru lainnya. Insyaallah, semoga Allah subhanahu wa ta’ala menguatkan langkah-langkah mereka dalam berdakwah kepada-Nya hari ini.
Hari ini, ikhwan dan akhwat, kita akan membahas tentang disaat umat Muslim kehilangan rasa kasih sayangnya. Allah subhanahu wa ta’ala mengajarkan dan mengutus Baginda Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam untuk menyampaikan risalah yang membawa rahmat bagi seluruh alam. Firman-Nya, “Wa ma arsalnaka illa rahmatan lil ‘alamin” (Kami tidak mengutus kamu, kecuali sebagai rahmat bagi semesta alam). Baginda Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam diutus untuk menjadi kasih sayang bagi seluruh alam, bukan hanya manusia, tetapi juga seluruh alam yang berinteraksi dengannya.
Tugas Baginda Nabi, yang diutus oleh Allah, adalah membawa kasih sayang bagi seluruh alam. Baginda berhasil mengubah dunia dari kegelapan, kemunduran kemanusiaan, dan kehancuran tanpa kemanusiaan, menuju zaman yang penuh cahaya. Alhamdulillah, dampak perjuangannya masih kita rasakan hingga saat ini. Baginda Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam mewariskan kasih sayangnya selama ribuan tahun.
Namun, pertanyaannya, bagaimana jika seseorang berislam atau memiliki keimanan di dalam hatinya, namun tidak memiliki rasa kasih sayang? Akankah dia dapat membawa ajaran Islam dengan benar? Apakah dia benar-benar akan menjalankan keislamannya dengan pemahaman yang utuh? Hari ini, ikhwan dan akhwat, kita akan menggali dan mempelajari, berdasarkan apa yang Allah ajarkan kepada kita dalam Al-Qur’an, tentang nilai kasih sayang yang seharusnya kita terapkan sebagai umat Islam, selain dari apa yang kita ketahui.
Fakta, Ustaz. Di tahun-tahun ini, banyak sekali bencana alam. Data dari Kementerian dan BNPB menunjukkan sekitar 665 bencana di tahun 2024 sampai saat ini yang terjadi di Indonesia. Mulai dari Padang, bencana banjir, atau yang paling banyak terjadi adalah bencana kekeringan. Akibatnya, produktivitas pertanian menurun. Bencana-bencana ini tidak terjadi kecuali karena hilangnya rasa kasih sayang kita terhadap sesama Mukmin, manusia, atau bahkan alam di sekitar kita. Kehilangan rasa kasih sayang ini menyebabkan terjadinya bencana-bencana besar. Salah satu bencana kemanusiaan yang dialami oleh saudara-saudara kita di Palestina adalah contoh yang jelas. Sebagaimana yang pernah dijelaskan oleh Ustaz Husin, “Ma Asa musibatin fabima kasabat aidikum,” tidaklah kita ditimpa suatu musibah atau bencana kecuali karena ulah tangan manusia.
Apakah yang menjadi penyebab terbesar bencana-bencana ini? Hadir di kalangan kita sendiri. Bencana yang terjadi kepada saudara kita di Palestina jelas karena perpecahan di antara kita yang membuat kita lemah. Salah satu faktornya mungkin adalah kehilangan rasa kasih sayang di hati umat Mukmin, yang menyebabkan bencana ini datang kepada kita. Insyaallah, akan kita perdalam lagi, ikhwan dan akhwat, akan kita pelajari lagi peringatan Allah subhanahu wa ta’ala dalam Al-Qur’an. Kami harapkan, setelah mendengarkan penjabaran dari Ustaz Husin, ikhwan dan akhwat, selain menanamkan dalam diri, juga menyampaikan kepada keluarga, kepada warga sekitar, kepada siapapun yang temui Tafad ustaz, bismillahirrahmanirrahim. Bismillahi Khairil asma. Bismillahi rabbil ardhi wassama. Bismillahirrahmanid Dunya Wal akhirati.
Allahumma sholli ‘ala Muhammadin wa ali Muhammad. Assalamualaika Ya Rasulullah. Am ahliin wasalamuaina. Wa ibadillahihin wasalamualaikum ayuhal Ikhwatul mminunwatul mukminat. Warahmatullahi wabarakatuh
“Tema kita pagi ini membahas tentang bagaimana kehilangan rasa kemanusiaan oleh umat Islam dapat mengindikasikan kehilangan esensi keislaman mereka. Islam, yang Allah jadikan sebagai pedoman hidup, seharusnya mengantarkan kita pada rahmat-Nya. Jadi, ketika umat Islam kehilangan rasa kemanusiaan, meskipun mereka menggunakan nama Islam, mereka sebenarnya bukanlah bagian dari golongan Muslim yang sejati. Ini karena Islam sejati adalah tentang menyerahkan diri kepada Allah dengan penuh kasih sayang, keadilan, dan kebersamaan, baik dalam hubungan dengan keluarga maupun masyarakat di sekitarnya.
Kita tahu bahwa Nabi Muhammad SAW diutus sebagai rahmat bagi seluruh alam semesta, bukan hanya bagi umat Muslim. Firman Allah dalam surat Al-Anbiya’ menegaskan hal ini, bahwa beliau diutus sebagai rahmat bagi seluruh alam. Oleh karena itu, perilaku Rasulullah SAW memberikan contoh yang nyata tentang bagaimana berinteraksi dengan orang-orang yang beriman maupun yang tidak. Contohnya, saat sahabat meminta untuk membinasakan suku Daus yang telah melakukan kezaliman, atau ketika Malaikat menawarkan untuk membinasakan penduduk Taif yang telah melukai beliau, Rasulullah menunjukkan sikap yang penuh kasih sayang dan pengampunan.
Dengan demikian, sangat penting bagi umat Islam untuk menghayati nilai-nilai rahmat, kasih sayang, dan keadilan dalam kehidupan sehari-hari. Hanya dengan demikian, mereka dapat mengikuti ajaran Islam dengan sebenar-benarnya dan menjadi bagian dari umat yang benar-benar berserah diri kepada Allah.”
Beliau menolak untuk mendoakan keburukan bagi umatnya, padahal mereka belum beriman, bahkan bagi orang-orang yang melecehkan Rasulullah. Dia berkata kepada salah seorang sahabat yang meminta agar Rasul mendoakan dan menumpahkan laknatnya kepada suku Daus, dia mengatakan, “Sungguh, aku diutus sebagai rahmat, bukan sebagai seorang yang mengutuk. Hingga Allah subhanahu wa taala menjelaskan pada akhir surah Taubah, bahwa telah datang kepada kalian seorang rasul dari kalangan kalian sendiri, yang juga diciptakan dari asalusul yang sama oleh Allah subhanahu wa taala. Beliau benar-benar menanggung beban yang berat, rasa keprihatinan yang sangat, saat menyaksikan penderitaan dan kesusahan kalian. Kata-kata ‘azizun alai’ menggambarkan betapa beratnya jiwa Rasul. Demikian pula kesedihan Rasul dengan kesusahan dan kesedihan kalian. Perhatiannya, kepeduliannya, semuanya tertuju untuk kemaslahatan, keselamatan, dan kebahagiaan kalian. Terhadap orang-orang yang beriman, beliau amat penyantun dan penyayang. Ini adalah Rasul yang diutus oleh Allah subhanahu wa taala, dengan akhlaknya, pekertinya, kasih sayangnya. Beliau berhasil mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju kehidupan yang terang. Beliau diajarkan untuk menghukum, namun lebih memilih untuk memberi maaf, sebagaimana yang diajarkan oleh Allah subhanahu wa taala. Ketika beliau kembali ke Makkah, menjumpai kaumnya yang sebelumnya telah menganiaya dirinya, menganiaya sahabat-sahabat yang beriman, beliau kembali sebagai pemenang. Namun, beliau tidak menunjukkan kesombongan ketika mengumpulkan mereka sambil bertanya.
Dugaan saya adalah bahwa Anda akan bertindak dengan baik terhadap saya. Saya merasa yakin bahwa tidak ada sedikit pun kecurigaan di hati Anda tentang bagaimana Rasulullah akan memperlakukan Anda dengan kasih sayang, termasuk kepada orang yang pernah membunuh pamannya, Hamzah, seperti Wahsyi yang diberi maaf, atau Hindun dan Abu Sufyan yang juga diberi maaf oleh Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam. Meskipun di kemudian hari mereka melakukan tindakan yang kejam terhadap keluarga Rasul, ini adalah perbedaan antara manusia yang memiliki jiwa mulia dengan manusia yang jiwa mereka kosong dari rahmat.
Sebagaimana disebutkan dalam ayat “fa’anlul munnafiqati idza jakum”, ketika kami berkuasa, ciri pemerintahan kami adalah memberikan maaf dan menaburkan rahmat, sedangkan ketika kalian berkuasa, pasir dan batu-batu berlumuran darah. Ini mengisahkan bagaimana Rasul, keluarganya, dan para sahabat yang beriman memimpin dengan bimbingan petunjuk Allah subhanahu wa taala sebagai penabur rahmat, meskipun mereka berada dalam posisi kekuasaan. Hal ini sesuai dengan petunjuk Allah dalam surah Taubah, bahwa telah datang kepada kalian seorang rasul dari kalangan kalian sendiri, yang penuh perhatian terhadap kalian, yang juga menyerukan kepada kebaikan dan melarang dari kemungkaran.
Kaumnya, beliau tidak memohon kepada Allah untuk menjatuhkan laknat dan kutukan. Namun, beliau mengharapkan agar mereka mendapatkan hidayah dan petunjuk Allah subhanahu wa taala. Oleh karena itu, Allah subhanahu wa taala menyebutkan karunia-Nya kepada Rasul-Nya dengan keutamaan yang Allah berikan kepadanya, “fabima rahmatin minallahi lintalahum”, dengan rahmat dari Allah, lintaslah kamu bersikap lemah lembut terhadap mereka. Wuntai, jika kamu bersikap keras kasar dan arogan, berhati keras is, mereka akan lari bubar meninggalkanmu.
Nabi begitu mempesona karena akhlak dan kelembutan beliau. Beliau bersikap lembut, tapi tidak mengabaikan sama sekali kebenaran dan keadilan. Ketika beliau bersikap keras, kekerasan beliau pun bercampur dengan kelembutan.
Yang sekarang kita jumpai, umat yang mengaku sebagai pengikut Nabi kita, yang merupakan rahmat bagi alam semesta, ternyata mereka terpisah dari rahmat Allah dan rahmat yang diajarkan oleh Nabi kita Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam. Mereka menyaksikan saudara-saudara mereka dibantai, anak-anak dan wanita yang tidak berdosa juga mengalami genosida, kehilangan rumah mereka, kehilangan pasangan, wanita yang kehilangan suami, suami yang kehilangan istri, dan orang tua yang kehilangan anak-anak mereka.
Mereka, manusia-manusia yang tua, sama dengan ayah dan ibu kita, yang sebaya, sama dengan saudara-saudari kita. Sedangkan yang di bawah kita adalah anak-anak kita. Kita merupakan satu keluarga, tapi lihatlah bagaimana dunia berpangku tangan terhadap kejahatan Israel, kecuali mereka yang memiliki rasa kemanusiaan.
Kita saksikan di Amerika, orang-orang berani menentang kebiadaban dan kejahatan yang dilakukan oleh rezim Zionis. Wanita-wanita rela kehilangan sekolah dan bahkan pekerjaan mereka. Orang yang hampir diwisuda karena protes terhadap kejahatan Israel, malah dibatalkan wisudanya. Mereka yang dipecat dari sekolah dan pekerjaan mereka, semua menjerit dan mengecam apa yang dilakukan oleh Israel. Begitu juga para pekerja di Google, mereka menentang produk-produk mereka yang dijadikan sebagai alat kejahatan Israel terhadap rakyat Palestina.
Namun, bagaimana dengan dunia Islam secara khusus, bangsa Arab pada saat ini? Mengapa mereka begitu kejam? Bahkan, tegas ketika melakukan serangan ke Yaman. Mereka juga mendukung upaya kudeta yang dilakukan oleh kaum ekstremis di Aljazair, yang menelan korban yang cukup banyak. Mereka memberikan dukungan, mengatakan bahwa pemerintah Aljazair kafir, dan mengajak untuk berjihad. Begitu juga, mereka bersikap tegas ketika menyerukan perlawanan terhadap rezim Basyar al-Assad, yang telah menghancurkan dan menelan korban di Suriah, padahal sesama umat Islam yang tidak melakukan kejahatan pada mereka. Berapa banyak korban yang berjatuhan, tapi mengapa terhadap Israel, mereka berpangku tangan? Bahkan, mereka melakukan intersepsi terhadap rudal yang ditujukan pada Israel.
Mereka berbicara mengenai tawanan Israel, sedangkan pembantaian terhadap saudara mereka sedang berlangsung. Maka, begitu mereka mengabaikan rahmat dan rasa kemanusiaan, saksikanlah bahwa mereka bukanlah orang yang beriman, mereka bukan lagi bagian dari kaum Muslimin. Karena Nabi dengan tegas mengatakan, “Man lam yahtam biumuril muslimin, ishum”, yang tidak peduli terhadap urusan kaum Muslimin, bukan dari mereka.
Ini bukan hanya ketidakpedulian, mereka menyaksikan pembantaian terhadap saudara-saudara mereka, seperti yang dilakukan oleh Ashabul Ukhdud ketika menyaksikan orang-orang yang beriman dilontarkan ke dalam parit yang penuh dengan api. Jadi, walaupun katakanlah mereka menjadi penjaga dua kota suci, menyambut jemaah umrah dan haji yang datang ke sana, kita khawatir uang-uang yang dinafkahkan oleh jemaah umrah dan haji untuk memenuhi hotel-hotel mereka mengalir ke kantong-kantong Zionis untuk melakukan pembantaian terhadap saudara-saudara mereka, sesama kaum Muslimin.
Ketika saudara mereka dibantai, mereka sibuk mempersiapkan Miss Universe, bahkan melakukan “Vision bikini”. Bayangkan, siapa yang menduga negara yang terdapat dua kota suci melakukan hal seperti ini? Bahkan mulai beredar berita bahwa berhala-berhala juga mulai dijual-belikan di Saudi Arabia. Emirat Arab membangun rumah peribadatan orang Hindu dengan biaya 16 juta dolar. Ke mana perhatian mereka terhadap saudara mereka? Hati yang keras, bahkan binatang tidak melakukan hal-hal semacam ini.
Bandingkan dengan apa yang terjadi pada Al-Mu’tasim Billah, Khalifah Abbasi, ketika dia sedang beristirahat atau mendengarkan berita bahwa seorang wanita tertawan di benteng Amuriah yang dikuasai pasukan Romawi yang sekarang terdapat di Turki, dan wanita tersebut menjerit dari atas benteng memanggil, “Wa Mu’tasimah”.
Ketika berita ini sampai kepadanya, tubuhnya bergetar dan dia benar-benar penuh rasa takut kepada Allah. Dia tahu kelak dia akan ditanya karena membiarkan wanita Muslimah tersebut tertawan di benteng Amuriah. Bagaimana nasibnya? Langsung dia memerintahkan untuk mengumpulkan para pemuka negerinya, para menteri, dan dia memanggil Qiquban. Langsung hartanya dibagi tiga: sepertiga untuk keluarganya, sepertiga untuk perjuangan bersama orang-orang yang bekerja bersamanya, kemudian sepertiga lagi untuk perjuangan di jalan Allah. Langsung dia memimpin pasukannya dari Irak menuju Amuriah di Turki. Peperangan berkecamuk berhasil menghancurkan benteng Amuriah dan membebaskan wanita Muslimah ini. Hingga Abu Tamam, seorang penyair terkenal, mencatat bagaimana ketegasan dari Al-Mu’tasim Billah.
Mereka tidak sibuk dengan rapat seminar atau sibuk untuk mengkaji dan meneliti. Ketika datang panggilan Jihad, mereka meninggalkan semua itu untuk menyelamatkan seorang wanita Muslimah. Ke mana perginya Mesir, dengan kekuatannya, yang dianggap salah satu negara Arab yang terkuat, yang langsung bersepadan dengan Gaza? Ke mana saudara-saudara mereka yang berada di Yordania, yang bersepadan dengan mereka? Begitu juga Emirat Arab dan Saudi Arabia yang diberikan berbagai macam kelebihan?
Mengapa rakyat Yaman terpanggil? Padahal tempat mereka begitu jauh. Iran, yang dikatakan sebagai negara yang penduduknya bermazhab Syiah, bukan sesama Ahlusunnah, justru memberikan dukungan dengan tegas bagi rakyat Palestina. Lebih miris lagi, kita menyaksikan seorang wanita dari Atlanta yang dengan tegas menjerit, melengking, mengutuk. Begitu juga seorang profesor wanita, ketika dia mengecam dan melakukan protes, langsung polisi Amerika memperlakukan dia dengan cara yang tidak wajar, menggunakan kekerasan. Mengapa demokrasi yang digembar-gemborkan oleh Amerika maupun hak asasi manusia? Jadi, kita lihat, mengapa orang-orang di luar Islam memiliki rasa kemanusiaan, sedangkan umat Islam menjadi buta? Kejadian Suriah masih dekat dengan kita, pembantaian yang mengerikan dilakukan oleh orang-orang yang bertopeng agama, yang mengaku sebagai pejuang-pejuang Islam, dengan jenggot dan jidat mereka. Tapi perbuatan mereka lebih biadab dibandingkan dengan hewan dan binatang buas.
Begitu juga kasus Aljazair masih dekat dengan kita, Yaman juga masih menjadi kenangan yang begitu dekat dengan kita. Mereka tidak peduli sama sekali terhadap “la ilaha illallah”, sebagaimana yang Rasul katakan pada Usamah, “ka annaha illallah”. Bagaimana kelak kamu di saat berjumpa dengan Allah, lalu “la ilaha illallah” akan menuntut kamu, karena kamu membunuh itu orang setelah dia syahadat.
Kita tahu bahwa ajaran Islam ini adalah ajaran yang penuh dengan rahmat, yang tidak sama sekali menyulitkan manusia. Mengajak mereka beribadah kepada Allah agar mereka merdeka dari penjajahan sesama manusia, mengajak mereka mengikuti petunjuk Allah, karena jalan ini yang akan menyelamatkan dan memuliakan mereka. Di mana Islam tidak mengenal pembagian kasta, hingga yang kuat bisa menindas yang rendah. Allah mengingatkan yang diberikan kelebihan untuk berbagi kepada orang-orang yang kurang, yang kuat menolong orang yang lemah, bukan sebaliknya menyalahgunakan nikmat yang Allah berikan kepada mereka.
Jadi, saat ini kita menyaksikan di saat umat sibuk berbicara mengenai perbedaan dan pertentangan di seputar fikih, apalagi di seputar ritual, mereka sedikit pun tidak menoleh untuk menyaksikan kejahatan-kejahatan terhadap kemanusiaan yang berlangsung baik di tengah-tengah umat Islam maupun di luar dunia Islam. Seharusnya kita punya peran, kita menjadi juru perdamaian, juru penyelamat. Bukankah Islam diambil dari kata “salam”, dan “salam” ini lahir dari penyerahan kita kepada Allah, hingga tidak ada seorang pun yang berbuat semena-mena terhadap saudaranya.
Ketika umat Islam kehilangan rasa rahmat dan kemanusiaan mereka, ketahuilah kalian bukan lagi kaum Muslimin, kalian bukan lagi umat Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam. Kalau kalian membawakan firman Allah, “Muhammad Rasulullah”, ma’ahu asuhuma, kata asidda alkuffar di sini bersikap tegas pada orang-orang kafir yang mengangkat senjata, yang melakukan teror dan kejahatan, bukan terhadap orang yang berbeda agama yang tidak melakukan kejahatan terhadap kita. Kata “kafir” punya kesan dan makna negatif, inkar tentang membangkang, kemudian mengangkat senjata. Karena pada saat mereka tidak melakukan tindakan seperti ini, Allah dengan tegas mengatakan kalau mereka menghentikan serangan mereka, dilarang kita menyerang, kecuali pada orang-orang yang zalim. Allah membenci kezaliman dan membenci orang yang zalim, walaupun dia kaum Muslimin, walaupun dari orang Islam.
Allah menghargai, menghormati orang yang berlaku adil, pun bukan dari kalangan umat Islam. Maka tidak heran negara-negara non-Muslim, yang menegakkan keadilan, rahmat turun di tengah mereka. Sedangkan negara-negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, bahkan pemimpinnya orang Islam, karena mereka melakukan kezaliman, azab dan bencana turun bertubi-tubi kepada mereka. Oleh karena itu, dari mana datangnya azab ini semua, akibat dari ulah perbuatan kita, Musibah yang menimpa kamu, kebaikan yang menimpa kamu, semuanya datang dari Allah, karena Allahlah yang memberikan semua itu untuk kalian. Namun, keburukan yang menimpa kamu, semua itu berasal dari ulah perbuatan kamu. Alam ini semuanya bertasbih kepada Allah, alam tunduk kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Di saat kita di permukaan bumi melakukan kerusakan, melakukan tindakan bejat yang menentang Tuhan kita, sebagaimana yang Allah subhanahu wa ta’ala terangkan, “Takadus samawatu yatafatuya alarduirul jibalu hadda lirahmani wada Allah.”
Allah gambarkan bagaimana perbuatan syirik manusia ini membuat langit hampir terbelah berkeping-keping, bumi terbelah, dan gunung juga luluh dan hancur, karena mereka mengatakan Tuhan memiliki anak. Nah, kezaliman yang dilakukan manusia ini mengundang bencana-bencana yang bermacam-macam. Semoga Allah melindungi kita semua dari azab dan buruknya.
Para jemaah sekalian, nabi kita merupakan anugerah karunia dari Allah yang tak terhingga, dan nabi mengingatkan kita untuk mengasihi, menyayangi makhluk Allah yang terdapat di bumi, bukan hanya khusus kepada kaum Muslimin, tapi semua manusia merupakan saudara kita. Kalau mereka tidak saudara seiman, mereka saudara seayah dan seibu. Tugas kita bukan menganiaya mereka karena mereka berbeda agama, mengajak mereka dengan cara yang baik, mengajak mereka untuk kebaikan dan keselamatan mereka di dunia maupun di akhirat. Bukan kita berdakwah dengan tujuan memojokkan atau melecehkan mereka.
Tidak heran, dalam setiap kali kita memulai aktivitas, pekerjaan kita selalu diingatkan untuk memulainya dengan “Bismillahirrahmanirrahim”.
“Allah mengingatkan kita agar kita sungguh-sungguh menjadi pembawa Rahmat sebagaimana kita telah menerima rahmat Allah Ar-Rahman Ar-Rahim yang Allah limpahkan kepada kita. Kita juga diharapkan melakukan hal yang sama terhadap sesama kita. Oleh karena itu, dalam surah Al-Qasas, Allah berfirman: “Pergunakanlah apa yang Allah berikan kepadamu untuk membangun akhiratmu yang kekal, namun janganlah pula kamu lupakan kebutuhan duniamu dan keluargamu. Ingatlah untuk berbuat baik terhadap sesamamu sebagaimana Allah telah mengingatkan kita di muka bumi ini. Sesungguhnya, Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.”
Kita ingin umat Islam menjadi contoh perdamaian dan cinta kasih, bahkan jika mereka menyaksikan ketidakadilan di luar wilayah Islam. Mereka harus bersuara tegas menentang kezaliman, seperti halnya warga Amerika, baik pria maupun wanita, yang mengecam tindakan Zionis Israel. Bahkan, kita melihat Mahkamah Internasional menghukum Israel atas kejahatan yang dilakukan, seperti dalam pembantaian Sabra dan Shatila. Pada saat itu, Ariel Sharon didukung oleh beberapa pihak, yang merupakan tindakan tidak bermoral. Hingga kini, jika seseorang pergi ke Lebanon, mereka akan melihat bekas-bekas tragedi dan korban-korban warga Palestina yang berjatuhan akibat tindakan kejam tersebut.
Ada pula yang dengan bangga mengklaim bahwa menjadi seorang Yahudi tidak harus berdarah Yahudi. Namun, sikap mendukung hukuman terhadap Israel sementara menganggap Hamas sebagai teroris menunjukkan ketidakkonsistenan dalam pandangan. Apakah tidakkah cukup bagi mereka untuk memahami hal ini?”
Yang Anda gambarkan adalah situasi yang menyedihkan di Palestina, di mana kejahatan dan kebiadaban Zionis telah menyebabkan penderitaan yang besar bagi rakyatnya. Anda menekankan pentingnya umat Islam membuktikan diri sebagai kaum Muslim yang meneruskan rahmat yang diajarkan oleh Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam. Anda menyampaikan bahwa Islam bukan hanya tentang penampilan luar seperti jenggot, sorban, atau jidat hitam, tetapi lebih dalam lagi tentang ajaran Allah yang mengajarkan kasih sayang dan saling mengasihi.
Anda juga menyoroti bahwa dalam situasi perang, tindakan perlawanan bukanlah untuk melakukan kezaliman, tetapi untuk melindungi orang-orang yang tertindas dan menghentikan tindakan kezaliman dari pihak yang zalim. Namun, Anda merasa sedih karena umat Islam tampaknya telah melupakan seruan Allah dan tidak lagi mengikuti contoh kehidupan Nabi, melainkan lebih memuja pemimpin zalim di dunia ini.
Anda juga memberikan contoh tentang seorang petenis dunia wanita yang meraih kemenangan tetapi tidak merasa bahagia karena kondisi dunia yang menyedihkan, bahkan sampai menangis. Anda merindukan kedamaian.
Saya bisa merasakan kesedihan dan keprihatinan Anda atas situasi yang sulit di Palestina, serta harapan Anda untuk kedamaian dan keadilan bagi semua orang. Semoga situasi tersebut dapat segera berubah menjadi lebih baik.
“Kekejaman yang terjadi di Palestina, dengan pembantaian anak-anak dan perempuan, menyebabkan tangisan pilu. Ironisnya, dalam momen kemenangan atau penerimaan hadiah, seharusnya seseorang merasa bahagia dengan pencapaian mereka, tetapi kondisi di Palestina membuat mereka merasa sedih. Mereka bertanya pada diri sendiri, ‘Apa yang seharusnya saya rasakan dari hadiah ini? Saya akan menyumbangkan bagian dari hadiah ini untuk membantu rakyat Palestina.’
Ke mana perginya para ulama Islam? Apakah masih waktunya untuk memperdebatkan masalah bid’ah yang sebagian besar merupakan masalah ijtihad, bukan hukum Allah yang jelas? Mari kita bersatu dalam menegakkan kebenaran dan keadilan, serta menaburkan rahmat dan melindungi yang tertindas. Itulah misi para nabi.
Namun, saat ini, kita sering terjebak dalam perdebatan yang tidak relevan dengan kehidupan kita. Umat Islam terpecah belah dan menganggap diri mereka yang benar sebagai pemilik kebenaran, sementara yang lain dianggap sebagai ahli neraka. Ini jelas bukan ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam. Kita berharap bahwa pesan ini dapat membuka mata umat Islam, menyadari bahwa Islam adalah agama rahmat, dan Nabi adalah Rahmat yang diturunkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.”
Kita berharap sebagai kaum Muslimin yang benar-benar mengikuti Nabi, kita mencintai beliau. Mari bersama-sama, hadirin sekalian, kita mohon agar rasa rahmat kepada Allah dituangkan dalam hati kita, sehingga kita dapat menjadi penabur rahmat dan contoh yang terbaik di tengah kaum Muslimin. Subhanakallahum wabihamdik, Ashadu Alla ilaha illa anta, astagfiruka wa atubu ilaik, walau minkum.
Salam sejahtera dan rahmat Allah serta berkah-Nya, semoga tercurahkan kepada kita semua. Alhamdulillah, terima kasih kepada Ustaz Isa Atep atas pengingatnya. Semoga kita termasuk orang-orang yang peduli terhadap penderitaan saudara-saudara kita.
Baiklah, saya Muhammad Krishna Atep, Seti Budi, dan Algi, mohon izin untuk pamit. Semoga kita semua mendapat taufik dan petunjuk dari Allah, serta mendapat keberkahan dari-Nya. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.